17:49
2
Siapa yang tidak tahu dengan Gunung Bromo? Orang yang pernah berkunjung ke Kota Malang dianggap belum sah apabila belum mengunjungi gunung ini. Secara geografis, Bromo memang tidak terletak tepat di Kota Malang. Gunung ini terletak di perbatasan Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten Lumajang. Bromo merupakan salah satu gunung di Pengunungan Tengger yang juga termasuk dalam Taman Nasional.
Dalam dekapan udara dingin …
Tepat pukul 03.00 WIB serombongan mahasiswa dari penjuru nusantara yang sedang kuliah di salah satu kampus swasta di Malang, sibuk bersiap-siap untuk menaklukkan salah satu dataran tinggi di Pulau Jawa ini. Dengan mengendarai sepeda motor, kurang lebih sebanyak 20 orang mereka berusaha menembus kabut tebal yang membuat jarak pandang hanya 50 meter. Mereka harus ekstra hati-hati menempuh jalan yang berkelok-kelok dan licin karena sebelumnya habis diguyur hujan.
Setengah jam kemudian mereka tiba di pos penjagaan. Disini tersedia jasa ojek dan sewa Jeep, karena kendaraan pribadi dilarang masuk, kecuali sepeda motor. Setelah membayar tiket sebesar 15 ribu (2 org + 1 motor), perjalanan mereka lanjutkan. Dari sini, medan yang mereka tempuh adalah lautan pasir. Pasir-pasir ini adalah hasil erupsi Bromo. Wisatawan tidak diperbolehkan masuk jika terjadi hujan karena bisa dipastikan daerah ini akan banjir dan tidak bisa dilewati. Tantangan dalam medan ini adalah kita harus waspada agar ban motor tidak tergelincir di atas pasir. Pasir ini akan lebih padat jika setelah turun hujan.
Bromo telah berada tepat di sebelah kiri mereka. Namun mereka tetap meneruskan perjalanan. Rupanya mereka menuju Gunung Penanjakan. Dari atas gunung ini kita bisa melihat sunrise. Untuk menuju puncak Penanjakan bukanlah hal yang mudah, apalagi bagi mereka yang tidak terbiasa dengan medan pegunungan. Sebenarnya inilah tantangan sebenarnya dalam wisata Bromo. Jalur yang ditempuh ibarat kita memanjat tebing, curam dan berkelok2. Puluhan atau bahkan ratusan sepeda motor meraung2 berusaha menaklukkan puncak bersama tukang ojek dan Jeep yang lainnya.
Sekitar pukul 5 pagi, mereka tiba di puncak Penanjakan. Rupanya para wisatawan yang lain telah memenuhi area ini untuk mendapatkan spot terbaik menyaksikan munculnya sang dewa siang. Setelah memarkir motor, mereka harus jalan kaki menaiki tangga menuju “teras” yang disiapkan untuk melihat sunrise.
Setengah jam berlalu, tak ada sedikit pun tanda-tanda matahari akan muncul. Hanya awan mendung yang menyelimuti hari di pagi itu. Mereka sempat kecewa, tapi tidak beranjak dari tempat, berharap cuaca akan bersahabat. Mereka memanfaatkan waktu dengan bernarsis ria.
Satu jam berlalu. Kesabaran mereka terbayar. Cuaca menjadi cerah. Awan2 menyingkir. Langit menjadi jernih. Sedikit demi sedikit semburat fajar menyembul dari balik persembunyiannya. Warna jingga menghiasi langit pagi. Indahnya mentari pagi membuat suasana pada saat itu berubah seperti berada di surga tuhan. Ratusan kamera berusaha mengabadikan momen langka itu. Di bawah sana, hamparan kabut membentuk horizon membentang sepanjang mata melihat. Benar-benar berada di Negeri Atas Awan.
Perlahan kabut itu menghilang menampakkan sosok yang sempat mereka tinggalkan tadi, Bromo. Dari atas, Bromo tampak anggun berdampingan dengan Gunung Batok. Di kejauhan, Gunung Semeru, berdiri kokoh, yang sebagiannya ditutupi awan, yang tampak adalah puncak Mahameru. Sepertinya Yang Maha Kuasa serius ingin menampakkan keindahan ciptaan-Nya pada saat itu.
Pukul 7 mereka turun menuju tujuan mereka yang utama. Jalur pulang relatif mudah dan mereka tidak perlu menghidupkan mesin motor, karena motor akan meluncur dengan sendirinya. Pemandangan di kaki Penanjakan tidak kalah indahnya. Kanan kiri terlihat tebing yang samar-samar oleh kabut. Beberapa diantara mereka memarkir motor ke pinggir jalan untuk sekedar mengabadikan momen. Namun, mereka harus tetap waspada karena banyak Jeep yang lalu lalang mengantar wisatawan pulang.
Mereka sempat berhenti di kaki Gunung Penanjakan untuk berkumpul. Setelah berkumpul, mereka berangkat menuju tempat impian mereka, Gunung Bromo. 15 menit kemudian, mereka tiba di kaki Gunung Bromo. Untuk menuju puncak Bromo mereka harus jalan kaki. Jika tidak kuat, kita bisa menyewa kuda. Setengah perjalanan, jalur semakin curam, tapi mulai dari sini, tersedia tangga. Kurang lebih setengah jam, mereka menginjakkan kaki di atas puncak Bromo. Di atas  ini, mereka harus hati2 karena di samping mereka, kawah Bromo menganga mengeluarkan asap belerang.
Tidak perlu berlama2 di atas2, mereka segera turun untuk bersiap2 pulang. Perjalanan pulang, sekali lagi mereka harus mengarungi lautan pasir. Mereka beruntung karena malam sebelumnya hujan turun, sehingga bisa meminimalisir debu. Jika tidak, kita perlu perlindungan ekstra lebih untuk menghadapi terpaan pasir yang terbang bersama angin.
Keindahan tidak bisa jauh2 dari mereka. Ketika pulang mereka memilih jalur Tumpang sehingga mereka melewati Bukit Teletubbies. Dinamakan Bukit Teletubbies karena vegetasinya mirip seperti di kartun Teletubbies.
Dan pada akhirnya, di sore hari mereka tiba di tempat peristirahatan masing2.
                                                                ***
Ku buka kembali lembaran2 foto yang berkisah tentang perjalananku bersama mereka.

2 comments: