08:52
0

 
Salah satu cabang olahraga yang diklaim mempunyai peminat yang paling banyak adalah sepakbola. Dinegara-negara Amerika Latin, sepakbola bahkan dijadikan sebagai budaya, sehingga negara-negara tersebut layak disebut sebagai kiblat sepakbola dunia. Sepakbola juga merupakan bisnis yang sangat menjanjikan. Jutawan-jutawan minyak dari timur tengah berlomba-lomba membeli klub-klub raksasa di Eropa. Pemain-pemain sepakbola yang berlabel bintang diperlakukan layaknya selebritis.

Lalu, bagaimana dengan wajah persepakbolaan di Indonesia? Kita semua sudah tahu bahwa negara kita ini sudah lama puasa gelar. Sekitar era 90-an, Indonesia dianggap sebagai “macan asia” yang sering menyabet gelar dalam kejuaraan sepakbola. Sayangnya, dewasa ini timnas kita sering mengalami kekalahan.

Manajemen yang ambur adul adalah salah satu kesalahan besar yang terjadi yang menyebabkan mandeknya prestasi sepakbola Indonesia. Duelisme yang berkepanjangan menyebabkan kekuatan kita tidak bisa bersatu. Kehadiran Menpora yang baru, Roy Suryo, membawa angin segar dalam penyelesaian masalah ini. Melalui Kongres Luar Biasa beberapa waktu yang lalu, pihak yang bertikai sepakat untuk mengakhiri duelisme ini. Nampaknya kekuatan timnas kita akan bersatu dan menjadi lebih kuat.

Setelah bersatunya para pengurus di tingkat organisasi, masalah lain yang tak kalah penting adalah tidak bersatunya para suporter. Sering kali pemberitaan di televisi mengabarkan suporter yang ricuh dalam sebuah pertandingan, baik di dalam maupun di luar stadion. Perseteruan ini sepertinya sudah membudaya sehingga sangat susah mencari jalan penyelesaiannya.

Dengan dilantiknya Menpora yang baru ternyata masih belum bisa menangani problema ini. Seperti kejadian ketika Persija menjamu Persib di Sleman Rabu (28/8) kemarin. Kehadiran Roy Suryo dengan menghadiri langsung pertandingan tersebut tidak mengurangi rivalitas 2 kubu suporter yang berseberangan. Terbukti dengan beberapa kali pertandingan dihentikan akibat suporter yang rusuh.

Dengan suasana yang tidak kondusif ini membuat para pemain tidak fokus untuk berlaga dalam sebuah pertandingan. Konsentrasi mereka terpecah memikirkan pertandingan dan keselamatan mereka. Sepanjang pertandingan mereka diteror dengan kata-kata maupun lemparan barang-barang keras. Sudah barang tentu mereka bermain tidak secara maksimal. Sehingga mereka tidak bisa mengembangkan skill mereka dengan baik.

Kita lihat 3 tahun kebelakang, tim-tim yang berkuasa di liga-liga Indonesia adalah tim yang notebenenya tidak memiliki suporter yang fanatik. Namun sebaliknya, prestasi tim yang memiliki suporter yang besar tidak bisa merangkak naik. Hal ini karena konsentrasi manejemen klub terganggu dengan masalah suporter.

Kurang lebih 2 tahun terakhir, saya berdomisili di kota yang memiliki klub sepakbola sekaligus suporter yang fanatik. Saya sedikit faham bagaimana loyalitas suporter dengan klub. Hal ini tentunya bisa memberikan iklim yang positif bagi pemain dan klub.

Suporter memang tidak bisa lepas dari klub sepakbola. Suporter fanatik sejujurnya bukanlah hal yang negatif. Sebaliknya, suporter fanatik ini yang memberikan warna tersendiri bagi sepakbola Indonesia. Hal ini merupakan daya tarik bagi pemain asing untuk meniti karir sepakbola mereka di sini. Ditengah berbagai permasalahan yang melanda sepakbola Indonesia, tidak sedikit pemain asing yang setia dan memilih klub di Indonesia. Terlepas untuk mencari nafkah, lantas apa motif mereka bermain di Indonesia? Bahkan pemain yang berasal dari negara yang mempunyai kurs lebih tinggi dari rupiah tetap memilih Indonesia. Sebagai contoh pemain dari Jepang, jika gaji mereka di Indonesia di tukar dengan mata uang Yen, nominal gaji mereka tidaklah terlalu besar.

Namun, mengapa mereka masih betah bertahan di sini? Tidak lain adalah karena fanatisme suporter yang tidak mereka dapatkan di negara lain. Suporter yang tidak berhenti menyemangati mereka selama pertandingan berlangsung adalah hal yang sangat spesial bagi mereka. Ada kebanggaan tersendiri ketika kedatangan mereka di stadion di elu-elukan oleh suporter.

Selangkah lagi, sepakbola Indonesia akan merengkuh kejayaannya lagi yang sudah lama ditinggalkan. Hanya masalah suporter yang masih menjadi batu sandungan. Kita boleh berbeda kostum, baik biru, oranye, kuning, dll. Tapi yang paling penting adalah spirit kita harus sama, yaitu melihat garuda terbang lebih tinggi.

0 comments:

Post a Comment