09:40
0
Baru beberapa hari yang lalu aku menulis tentang sesuatu yang semu. Dan sekarang aku telah disadarkan bahwa terlalu naïf jika aku berharap banyak dengan sesuatu yang semu. Aku memang tidak terlalu pintar untuk membahas hal ini. Mungkin saja aku-nya yang terlalu mengikuti perasaan. Tapi bagaimanapun juga, dan setidaknya inilah yang aku rasakan.

Mengapa kita terlalu takut dengan sesuatu yang semu? Apakah sesuatu yang semu itu pasti palsu? Atau mungkin kita yang menutup diri untuk menghadapi kenyataan bahwa yang semu itu will be come true?
 
Cobalah sadar akan fakta yang ada. Sehari-hari kita kita tidak bisa terlepas dari kenyataan, dan kita sekaligus kita tidak bisa lari dari fatamorgana (baca: semu). Hidup kita ini memang sudah terlanjur semu. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok, satu jam lagi, satu menit kemudian, dan bahkan sepersekian detik selanjutnya masih menjadi tanda tanya yang kita sendiri pun tidak tahu.

Mimpi-mimpi yang kita gantungkan sejak dahulu, bukankah itu semua juga semu? Tidak sedikit orang yang tidak bisa menggapai sesuatu yang mereka mimpikan, tetapi kita juga tidak bisa menutup mata bahwa tidak sedikit pula mereka mendapatkan apa yang mereka dambakan. Mereka semua berawal dari sebuah kata “andai”. Berapa banyak orang yang mampu bertahan menghadapi kerasnya dunia ini, hidup berdampingan bersama harapan-harapan mereka? Lihatlah para pendaki gunung, tidak ada yang tahu apakah mereka bisa sampai di atas puncak dan kembali lagi dengan selamat. Tetapi mengapa mereka sanggup menaklukkan ketinggian? Ya, impian yang membawa kaki mereka melangkah lebih jauh.

Sadarlah bahwa kita juga berasal dari yang semu. Dahulu, jauh sebelum kita lahir, apakah ada yang tahu persis bahwa kita akan hadir di muka bumi ini dengan bentuk seperti ini? Atau mungkin tidak ada satu orang pun yang tahu kalau ibu dan bapak kita akan menjadi sepasang jodoh. Dulu, semua itu semu.

Dan sekarang, apakah kita salah jika kita merencanakan sesuatu yang semu? Berharap nantinya akan menjadi sebuah kenyataan. Semuanya tergantung seberapa besar usaha kita untuk mewujudkannya. Kata “tidak mungkin” itu sangat subjektif karena tidak ada satu orang pun yang bisa menjaminnya.

So, Masihkah kita ragu akan suatu yang semu?

0 comments:

Post a Comment